Tanpa Sistem yang Tepat, Klinik Bisa Gagal Capai Target BPJS

Berdasarkan data pencapaian UHC (Universal Health Coverage) yang diumumkan oleh BPJS Kesehatan pada Agustus 2024 menyatakan bahwa cakupan perlindungan kepesertaan telah mencapai 98% dari total penduduk Indonesia dan sebanyak 33 provinsi dan 460 kota/kabupaten telah berhasil mewujudkan UHC di masing-masing wilayah.

Namun, pencapaian angka ini tidak otomatis membuat semua fasilitas kesehatan sukses dalam memenuhi target kinerja yang ditetapkan BPJS. Banyak klinik, khususnya Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), masih kesulitan menjaga performa dalam pemenuhan indikator Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK) dan Kendali Mutu Kendali Biaya (KMKB). Jika klinik tidak memiliki sistem yang tepat, target BPJS dapat menjadi beban yang mengganggu bahkan mengancam keberlangsungan operasional.

Target Sulit Dicapai Tanpa Sistem yang Tepat

Mencapai target BPJS Kesehatan bagi klinik yang menjadi mitra tidak hanya terkait pelayanan pasien, melainkan juga tentang pengelolaan data, pemantauan indikator, dan kepatuhan administratif. Kondisi ini membuat pentingnya sistem informasi klinik yang mampu membantu klinik mencapai target. Terdapat beberapa hambatan yang sering muncul terkait sistem antara lain:

  • Beban Administratif yang Berlebihan

Setiap indikator KBK membutuhkan data yang akurat dan tepat waktu. Jika sistem informasi klinik tidak terintegrasi, staf harus mencatat data secara manual di berbagai media yang akan menyita banyak waktu dan rawan terjadi kesalahan data.

  • Koordinasi Internal yang Kurang

Target cakupan perlindungan kepesertaan menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari dokter, perawat, tenaga administrasi, hingga bagian farmasi. Jika alur kerja ini tidak saling terhubung, maka akan menimbulkan koordinasi yang terhambat.

  • Tidak Ada Monitoring Secara Real-Time

Banyak klinik baru mengetahui capaian indikator setelah laporan bulanan atau bahkan akhir triwulan. Hal ini menyebabkan kesempatan untuk melakukan perbaikan terlewatkan.

Baca juga: Monitoring Capaian KBK FKTP Menentukan Besaran Kapitasi?

Dampak Sistem yang Tidak Tepat

Beberapa dampak dapat ditimbulkan yang berakibat pada penurunan kapitasi hingga berpotensi mendapat sanksi administratif.

  • Penurunan Kapitasi

KBK mengatur bahwa nilai kapitasi bergantung pada kinerja. Jika indikator seperti AK (Angka Kapitasi) atau RPPT (Rasio Peserta Prolanis Terkendali) rendah, maka pendapatan kapitasi akan berkurang.

  • Meningkatnya Angka Rujukan

Tanpa pemantauan terhadap utilization review (UR), klinik bisa terlalu sering merujuk pasien ke spesialis. Hal ini berpotensi meningkatkan Rasio Rujukan Non Spesialistik (RRNS) dan Rasio Rujukan Spesialistik, sehingga dapat mengurangi skor kinerja yang diperoleh oleh FKTP.

  • Prolanis Tidak Terkendali

Ketiadaan sistem yang mengatur penjadwalan otomatis atau reminder, pasien Prolanis akan jarang berkunjung untuk kontrol yang mengakibatkan RPPT menurun.

  • Potensi Sanksi Administratif

Keterlambatan atau ketidaktepatan laporan dapat memicu teguran dan berdampak pada kelancaran kemitraan antara klinik dan BPJS.

Karakteristik Sistem yang Efektif Untuk Sebuah Klinik

Berdasarkan pengalaman yang terjadi di lapangan, klinik yang mampu mencapai target BPJS Kesehatan umumnya memiliki sistem seperti berikut:

  • Integrasi Data Pasien

Pencatatan seluruh data pasien, mulai dari data pribadi, rekam medis, hasil laboratorium, riwayat kunjungan hingga peresepan obat, dalam satu platform yang terhubung.

  • Monitoring Dashboard KBK

Sistem yang menyediakan monitoring indikator Angka Kontak (AK), RPPT, dan RRNS secara real-time. Dashboard ini akan berguna bagi tim dalam mengambil tindakan secara cepat apabila terjadi penurunan.

  • Fitur Integrasi Pasien Prolanis

Sistem yang dapat menyediakan integrasi riwayat pasien prolanis, termasuk reminder untuk kontrol, pemeriksaan, atau pun edukasi. Fitur ini sangat berguna dalam penurunan RPPT yang berdampak pada peningkatan skor kinerja klinik.

Baca juga: Strategi Cerdas Mengendalikan Rasio Peserta Prolanis di FKTP

  • Analisis Rujukan Otomatis (Utilization Review)

Sistem yang dapat mendeteksi rujukan yang berpotensi tidak sesuai indikasi sehingga dapat dilakukan peninjauan ulang sebelum mengirim untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Strategi Implementasi Sistem Informasi Klinik Menggunakan Medeva Mint

Mengimplementasikan sistem informasi klinik yang berbasis digital tidak lagi membuang banyak waktu. Dengan menggunakan Medeva Mint yang telah dilengkapi dengan fitur-fitur pendukung mulai dari pencatatan digital terintegrasi, utilization management, hingga manajemen visitasi. Berikut strategi yang bisa dilakukan klinik dalam mengimplementasikan sistem informasi klinik:

  • Melakukan Audit Awal

Lakukan penilaian indikator kinerja untuk mengetahui posisi awal sebelum memulai perbaikan. Audit dilakukan untuk mengetahui adanya error atau adanya miskomunikasi yang kemungkinan terjadi sebelum melakukan migrasi ke sistem digital.

  • Pelatihan Staff

Pastikan seluruh staf, termasuk di dalamnya dokter dan petugas selain administrasi dan operator, memahami sistem. Pemahaman sistem oleh seluruh staf ini akan memudahkan dalam kelancaran penggunaan sistem.

  • Monitoring Bulanan

Lakukan peninjauan terhadap capaian target setiap bulannya. Peninjauan otomatis ini telah tersedia di laman Medeva Mint dan dapat diunduh setiap bulannya untuk membandingkan target yang dicapai setiap bulannya.

  • Evaluasi dan Melakukan Perbaikan

Gunakan data sebagai dasar untuk membuat perbaikan layanan sehingga tujuan tercapai secara berkelanjutan. Data yang dimiliki tidak hanya sebagai bahan evaluasi, namun untuk menentukan langkah selanjutnya untuk memenuhi target yang dibutuhkan.

Baca juga: Cepat dan Amannya Medeva Mint Untuk Klinik

Kesimpulan

Pencapaian target BPJS tidak hanya bergantung pada pelayanan medis, tetapi juga pada kemampuan klinik mengelola sistem informasi dan alur kerja internal. Tanpa sistem yang tepat, risiko kehilangan kapitasi, meningkatnya angka rujukan, hingga sanksi administratif akan semakin besar.

Penerapan sistem yang terintegrasi, seperti penggunaan Medeva Mint, dapat mengoptimalkan kinerja klinik, mempertahankan pendapatan, dan memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien.

Beralih ke Medeva Sekarang

Bawa klinik Anda ke era digital bersama Medeva. Dengan Rekam Medis Elektronik (RME) dari Medeva, Anda dapat mengelola data pasien dengan lebih cepat, aman, dan efisien. Hilangkan risiko kesalahan pencatatan, tingkatkan kualitas perawatan, dan optimalkan operasional klinik Anda. Coba demo gratis selama 5 hari sekarang juga dan rasakan langsung manfaatnya! Klik di sini untuk memulai transformasi digital klinik Anda sekarang!

Referensi

  1. Wakil Presiden Republik Indonesia. Target 98 Persen UHC Tercapai di 2024, Wapres Apresiasi Sinergi BPJS Kesehatan dan Pemangku Kepentingan. https://www.wapresri.go.id/miliki-potensi-besar-wapres-minta-revitalisasi-jalur-rempah-bangkitkan-kejayaan-perdagangan-rempah-indonesia-2/. Diakses pada 8 Agustus 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *