Oleh: dr. Taufik Hidayat, MM, AAK, CHIP
Suatu sore di sebuah kota kecil, dr. Ahmad—seorang dokter umum yang sudah belasan tahun membuka praktik mandiri—menghela napas panjang di balik mejanya. Ruang tunggu penuh sesak oleh pasien, sebagian mulai terlihat gelisah. Tumpukan rekam medis kertas berserakan di meja, sulit dicari ketika seorang pasien lama datang untuk kontrol. Telepon di meja resepsionis terus berdering, pasien lain ingin menjadwalkan janji temu, namun stafnya kewalahan karena jadwal sering bentrok.
Di tengah hiruk pikuk itu, seorang pasien berbisik dengan nada kecewa, “Dok, antriannya lama sekali, sudah hampir sejam.” Dr. Ahmad merasa bersalah, meski ia tahu bukan karena ia sengaja menunda, melainkan karena sistem manual yang membuat semuanya berantakan. Malam harinya, ia terpaksa begadang menyelesaikan administrasi dan laporan keuangan yang menumpuk. Ia merasa lelah, seolah lebih banyak menjadi juru tulis daripada seorang dokter.
Apa yang dialami dr. Ahmad bukanlah cerita tunggal. Hampir setiap dokter praktik mandiri menghadapi persoalan serupa: rekam medis kertas yang mudah hilang, jadwal pasien yang kacau, administrasi yang menyita waktu, hingga sulitnya memastikan pasien kembali untuk kontrol ulang. Beban itu semakin berat bagi dokter gigi, yang dituntut mencatat odontogram dengan detail dan mengelola radiograf pasien secara rapi. Semua terasa merepotkan, apalagi bila praktiknya bekerja sama dengan BPJS. Tanpa sistem yang jelas, indikator Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK) sulit dipantau, dan akhirnya nilai kapitasi yang diterima menurun.
Di titik inilah banyak dokter mulai menyadari bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Dengan sistem digital, rekam medis bisa tersimpan rapi, janji temu pasien lebih teratur, administrasi menjadi ringkas, dan komunikasi dengan pasien berjalan lebih lancar. Dokter gigi dapat menggunakan odontogram digital serta menyimpan radiograf dengan aman, sementara dokter yang bermitra dengan BPJS bisa memantau pencapaian indikator KBK secara real-time agar kapitasi tidak hilang begitu saja. Digitalisasi membuat praktik kecil terasa lebih profesional, efisien, dan modern.
Baca juga: Ukur Performa Klinik Harian: Kenapa Dashboard KBK Itu Vital?
Medeva Technologies hadir untuk menjawab keresahan ini. Bagi praktik mandiri, tersedia dua pilihan solusi. Medeva Lotus adalah paket paling lengkap, mencakup rekam medis elektronik, manajemen pasien dan appointment, keuangan, analitik data, odontogram digital, manajemen radiograf, hingga modul monitoring indikator KBK. Dengan Tulip, praktik sederhana sekalipun dapat beroperasi sekelas fasilitas kesehatan modern. Sementara itu, Medeva Iris ditujukan bagi mereka yang baru memulai langkah digital, dengan fitur inti rekam medis elektronik dan administrasi pasien.
Kisah dr. Ahmad pun berubah setelah mengambil langkah digitalisasi. Antrean pasien di kliniknya menjadi lebih teratur, data rekam medis mudah diakses, indikator KBK terpantau jelas, dan pasien merasa lebih puas. Yang paling penting, ia kembali bisa fokus pada profesinya: menyembuhkan pasien, bukan tenggelam dalam tumpukan kertas.
Masa depan praktik mandiri jelas berada pada digitalisasi. Digitalisasi praktik mandiri bagi para dokter dan dokter gigi tidak hanya menjadikan lebih efisien, tetapi juga lebih dihargai, lebih profesional, dan lebih siap menghadapi tuntutan zaman.
Mulai Dengan Medeva Hari Ini
Bawa klinik Anda ke era digital bersama Medeva. Dengan Rekam Medis Elektronik (RME) dari Medeva, Anda dapat mengelola data pasien dengan lebih cepat, aman, dan efisien. Hilangkan risiko kesalahan pencatatan, tingkatkan kualitas perawatan, dan optimalkan operasional klinik Anda. Coba demo gratis selama 5 hari sekarang juga dan rasakan langsung manfaatnya! Klik di sini untuk memulai transformasi digital klinik Anda sekarang!