Di masa yang telah banyak terjadi transformasi digital ini membuat segala aspek bisnis menjadikan digitalisasi bukan hanya opsi, namun bukan hal yang esensial, termasuk fasilitas kesehatan. Namun, masih banyak klinik yang masih mengandalkan proses manual (penulisan rekam medis di kertas, penjadwalan fisik, dan laporan yang sering tersendat) yang menyebabkan efisiensi, akurasi, dan kepuasan pasien menurun.
#1 Waktu Pelayanan Lambat Walaupun Kinerja Staf Optimal
Sering kali administrasi menjadi hambatan dalam operasional klinik karena staf mencatat semua secara manual yang menyebabkan rujukan tertunda dan laporan BPJS tidak tepat waktu yang menandakan sinyal penting. Proses manual cukup menguras waktu dan fokus tenaga kesehatan dan membuat operasional tersendat.
Berdasarkan implementasi EMR (electronic medical records) di fasilitas kesehatan Indonesia, pengarsipan digital menyelamatkan waktu sekitar 15 – 20 menit per pasien dan keseluruhan durasi layanan menjadi 20 – 25 menit. Hal ini dapat memungkinkan klinik dapat melayani lebih banyak pasien dengan kualitas yang tetap terjaga.
#2 Pemantauan Klinik Tidak Dilakukan Dengan Tepat
Terdapat tiga indikator kunci dalam skema pembayaran KBK, yaitu:
- Angka kontak dengan capaian target ≥ 150‰ dan bobot 40%
- Rasio Rujukan Non-Spesialistik (RRNS) dengan capaian target ≤ 2% dan bobot 50%
- Rasio Peserta Prolanis Terkendali dengan capaian target ≥ 5% dan bobot 10%
Apabila tidak dilakukan monitoring secara real-time, klinik hanya mengetahui capaian setelah triwulan berlalu yang menyebabkan perbaikan terlambat dan kapitasi menurun. Penurunan kapitasi tidak hanya berpengaruh pendapatan klinik, tapi juga akan berpengaruh terhadap kinerja operasional klinik.
Baca juga: Cara Klinik Menggunakan Data untuk Mengoptimalkan KBK
#3 Interaksi Pasien Tidak Personal dan Terhambat
Operasional model manual membuat klinik sulit mengirim pengingat kontrol maupun program Prolanis secara otomatis. Kadang pasien mudah lupa untuk pergi kontrol yang membuat angka RPPT rendah, sementara manajemen vendor atau komunitas juga tidak berjalan lancar.
Digitalisasi klinik membantu dalam meningkatkan keterlibatan pasien. Hal ini diketahui bahwa intervensi digital dapat mempengaruhi peningkatan sikap proaktif pasien dalam manajemen kesehatan, seperti manajemen diabetes atau hipertensi. Kemudahan yang diperoleh kedua belah pihak ini dapat turut mendukung dalam peningkatan capaian target BPJS Kesehatan.
Apakah Menunda Digitalisasi Bisa Menurunkan Daya Saing Klinik?
Transformasi digital di bidang kesehatan, seperti EHR (electronic health record), telemedicine, dan analitik data, dapat menjadi pondasi yang kuat bagi klinik untuk tahan terhadap disrupsi maupun perkembangan pelayanan kesehatan digital. Digitalisasi tidak hanya membantu dalam aspek operasional, tapi juga dapat membantu dari sisi kepuasan pasien.
Selain mendapatkan pelayanan yang cepat, hal ini akan berpengaruh terhadap hubungan antara pasien dan klinik yang turut meningkatkan reputasi positif klinik. Reputasi yang baik akan membuat klinik lebih dipercaya, menjadi pilihan utama dibandingkan kompetitor, dan membuka peluang untuk menarik lebih banyak pasien baru. Jika digitalisasi terus ditunda, klinik berisiko kehilangan kepercayaan pasar, tertinggal dari pesaing yang sudah beradaptasi, dan sulit mengejar perkembangan teknologi kesehatan di masa depan.
Apakah Menunda Digitalisasi Dapat Menurunkan Daya Saing Klinik?
Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mutlak agar klinik tetap relevan di era layanan kesehatan yang serba cepat dan terintegrasi. Digitalisasi mencakup berbagai aspek penting seperti Rekam Medis Elektronik (RME) yang sesuai standar akreditasi, layanan telemedicine, dashboard manajemen operasional klinik, hingga sistem analitik untuk memantau kinerja layanan.
Menunda digitalisasi berarti membiarkan proses manual yang memakan waktu, rentan kesalahan, dan sulit diakses secara real-time. Dampaknya tidak hanya pada efisiensi operasional, tetapi juga pada pengalaman pasien karena pasien kini mengharapkan layanan yang cepat, transparan, dan mudah diakses.
Sebaliknya, klinik yang melakukan digitalisasi dapat mengoptimalkan alur kerja, meminimalkan risiko kehilangan data, meningkatkan akurasi pelayanan, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan pasien. Kepercayaan pasien yang terbangun akan berdampak langsung pada reputasi klinik dan membuka peluang pertumbuhan di tengah persaingan yang ketat.
Baca juga: Digitalisasi Data: Investasi Wajib Klinik Tahun Ini!
Saatnya Beralih ke MEDEVA
Bawa klinik Anda ke era digital bersama Medeva. Dengan Rekam Medis Elektronik (RME) dari Medeva, Anda dapat mengelola data pasien dengan lebih cepat, aman, dan efisien. Hilangkan risiko kesalahan pencatatan, tingkatkan kualitas perawatan, dan optimalkan operasional klinik Anda. Coba demo gratis selama 5 hari sekarang juga dan rasakan langsung manfaatnya! Klik di sini untuk memulai transformasi digital klinik Anda sekarang!
Referensi
- Kementerian Kesehatan RI. Permenkes RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. (2020). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/144824/Permenkes%20Nomor%2021%20Tahun%202020.pdf (diakses 13 Agustus 2025 14.56 WIB).
- Wavetec. Digital Transformation in Healthcare: Solutions & Challenges. (2024). https://www.wavetec.com/blog/healthcare/digital-transformation-in-healthcare/. (diakses 15 Agustus 2025 14.14 WIB).