Sebuah Potensi yang Terlupakan Oleh Klinik

Awal Mula Cerita

“Saya sih sehat, jadi gak pernah pakai BPJS,” ujar seorang peserta JKN yang ditemui dalam kegiatan sosialisasi kesehatan di kelurahan. Ia bahkan tidak tahu persis nama klinik tempat ia terdaftar. “Klinik apa ya? Dulu milihnya asal aja, pokoknya yang dekat rumah.” Ia tersenyum, mengira hal itu tak bermasalah. Dan memang, bagi dirinya yang masih muda dan jarang sakit, tak pernah datang ke fasilitas kesehatan terasa seperti hal wajar—bahkan membanggakan. 

Di balik pernyataan seperti itu, tersimpan ironi kecil yang sering luput dibaca. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bukan hanya dibangun untuk merawat yang sakit, tetapi juga untuk menjaga yang sehat tetap sehat. Dalam sistem kapitasi, klinik mendapat amanah dan insentif dari BPJS Kesehatan bukan hanya untuk menyembuhkan, tetapi untuk melakukan deteksi dini, edukasi kesehatan, pemantauan risiko, dan promosi gaya hidup sehat. Sayangnya, ketika pasien merasa tidak butuh layanan karena tidak merasa sakit, potensi besar ini justru tertidur. 

Tanpa Disadari

Bagi klinik, peserta seperti ini seringkali menjadi “populasi diam”—terdata, terdaftar, namun nyaris tak tersentuh. Mereka tidak datang untuk skrining hipertensi atau diabetes, tidak mengikuti edukasi kesehatan, bahkan tak tahu bahwa mereka berhak atas pemeriksaan dini dan layanan promotif secara gratis. Akibatnya, dari sisi klinik, pendapatan kapitasi tidak diikuti dengan utilisasi yang bermakna. Tidak ada kunjungan, tidak ada data, tidak ada hubungan. Padahal, mereka adalah bagian dari tanggung jawab pelayanan primer yang sejatinya strategis. 

Masalahnya bukan berhenti di sana. Populasi diam ini, justru karena merasa tak punya hubungan dengan klinik tempat ia terdaftar, akan sangat mudah dipengaruhi untuk pindah ke fasilitas kesehatan lain—klinik yang lebih aktif menghubungi, yang menyapa dengan pesan edukatif, atau yang mengundang untuk ikut skrining dan kelas kesehatan. Perpindahan ini, meski berlangsung senyap, berdampak langsung pada keuangan klinik. Dalam sistem kapitasi, satu pasien yang pindah adalah hilangnya pendapatan rutin yang seharusnya dapat digunakan untuk membiayai pelayanan seluruh populasi. 

Jadi, saat sebuah klinik mengabaikan peserta yang jarang datang, sebenarnya ia sedang membuka pintu kehilangan yang lebih besar. Bukan hanya kehilangan satu nama di daftar peserta, tapi kehilangan kepercayaan masyarakat secara perlahan. Karena pada akhirnya, pasien yang merasa tidak diperhatikan akan lebih tertarik pada klinik yang memberi perhatian, meskipun mereka merasa sehat. 

Strategi Klinik

Strategi klinik dalam memaksimalkan manfaat kapitasi tidak bisa lagi sekadar menunggu pasien datang dengan keluhan. Klinik perlu berubah dari reaktif menjadi proaktif. Ini bukan sekadar jargon manajemen, tapi kebutuhan nyata dalam menjaga efisiensi dan keberlanjutan. Pelayanan promotif dan preventif bukan tambahan tugas, tapi peluang untuk mempertemukan dua hal yang sebelumnya terasa berseberangan: efisiensi biaya dan dampak kesehatan jangka panjang. 

Klinik yang mampu memetakan peserta diam, menghubungi mereka secara terencana, dan menawarkan layanan skrining atau edukasi yang relevan, akan memetik manfaat ganda. Dari sisi keuangan, klinik mengoptimalkan kapitasi dengan tindakan nyata. Dari sisi kesehatan masyarakat, klinik memperpanjang masa sehat masyarakat yang dilayaninya. 

Namun untuk menjadi proaktif, klinik butuh alat bantu yang tepat. Identifikasi peserta pasif, pemetaan berdasarkan usia dan risiko, pemantauan status skrining, hingga penjadwalan edukasi kelompok memerlukan sistem data yang terorganisir. Dalam keseharian, tidak semua klinik sempat membuka kembali data satu per satu. Di sinilah teknologi mengambil peran—bukan sebagai pengganti, tetapi sebagai penguat upaya manajemen yang cermat. 

Sebagai mitra klinik di berbagai daerah, tim Medeva Technologies melihat bagaimana klinik yang mengaktifkan pendekatan berbasis data bisa lebih lincah menyapa populasi sehat. Bukan hanya menunggu sakit, tapi aktif mengajak untuk tetap sehat. Klinik bisa tahu siapa saja yang belum pernah datang, siapa yang butuh skrining, siapa yang mungkin melewatkan edukasi gizi, atau belum punya catatan tekanan darah. Pelayanan pun menjadi lebih terarah, efisien, dan tentu—lebih bermakna. 

Mungkin pasien seperti tadi memang merasa sehat hari ini. Tapi tugas kita bukan menunggu hingga mereka datang dengan keluhan. Tugas kita adalah hadir sebelum mereka tahu bahwa mereka butuh. Dan untuk itu, klinik perlu lebih dari sekadar ruangan dan antrean. Klinik butuh sistem yang melihat lebih jauh, dan strategi yang menyentuh lebih dalam. 

Karena menjaga yang sehat tetap sehat, adalah investasi terbaik yang bisa dilakukan sebuah klinik dalam sistem kapitasi—dan kunci untuk mempertahankan kepercayaan pasien yang paling diam sekalipun. 

Beralih ke Medeva Sekarang!

Sudah siap membawa klinik Anda ke era digital? Dengan Rekam Medis Elektronik (RME) dari Medeva, Anda dapat mengelola data pasien dengan lebih cepat, aman, dan efisien. Hilangkan risiko kesalahan pencatatan, tingkatkan kualitas perawatan, dan optimalkan operasional klinik Anda. Coba demo gratis selama 14 hari sekarang juga dan rasakan langsung manfaatnya! Klik di sini untuk memulai transformasi digital klinik Anda sekarang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *