Udara pagi yang lembap menyergap tubuh Pak Budi saat ia duduk di ruang tunggu Klinik Sehat Bersama. Tangannya memegang hasil pemeriksaan gula darah terbaru—angka 420 mg/dL terpampang jelas di sana. Matanya nanar memandanginya. “Lima tahun berobat, tapi kenapa semakin parah?” gumamnya pelan. Sebagai pensiunan guru yang hidup dengan Diabetes Melitus tipe 2, ia sudah berulang kali mendengar dokter mengatakan, “Bapak harus disiplin minum obat dan jaga makan.” Tapi, apa artinya “jaga makan” jika tak pernah ada yang menjelaskan secara rinci?
Diabetes yang Tak Kunjung Terkendali
Setiap kunjungan ke klinik terasa seperti putaran yang sama. Antre panjang, pemeriksaan singkat, resep obat, lalu pulang tanpa pemahaman yang lebih baik. “Saya cuma diberi tahu gula darah masih tinggi, obatnya diganti, lalu disuruh kontrol lagi sebulan kemudian,” keluhnya suatu hari pada sesama pasien. Ia mencoba mengurangi nasi, tapi tanpa panduan yang jelas, ia malah menggantinya dengan buah tinggi gula seperti mangga dan rambutan. Tanpa disadari, pola makannya justru memperburuk kondisinya.
Yang lebih membuatnya frustrasi adalah ketidaktahuannya tentang Prolanis BPJS. Sebagai peserta BPJS Kesehatan, seharusnya ia mendapatkan pendampingan terstruktur untuk penyakit kronisnya. Namun, tak seorang pun di klinik menjelaskan bahwa ada program khusus untuk membantunya. “Saya baru tahu ada kelas edukasi diabetes setelah dapat undangan lewat WhatsApp,” akunya.
Klinik yang Berjuang dengan Sistem Manual
Masalah Pak Budi bukanlah kasus tunggal. Klinik Sehat Bersama, yang melayani puluhan peserta Prolanis setiap bulannya, sebenarnya memiliki niat baik untuk membantu pasien kronis seperti dia. Namun, sistem pencatatan manual yang berantakan membuat upaya itu sia-sia. Data pasien tersebar di berbagai buku register, catatan dokter, dan laporan bulanan yang tidak terintegrasi.
Petugas kesehatan kewalahan. Setiap kali ingin mengevaluasi perkembangan pasien, mereka harus menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengumpulkan data. Akibatnya, pasien seperti Pak Budi terlewat dari pemantauan intensif. Tidak ada pengingat untuk kontrol rutin, tidak ada edukasi yang konsisten, dan tidak ada tindakan cepat ketika kondisinya memburuk.
Titik Balik: Ketika Teknologi Mulai Diterapkan
Perlahan, perubahan mulai terjadi ketika klinik mengadopsi Aplikasi KBK dari Medeva Technologies. Sistem digital ini mengintegrasikan seluruh data pasien dalam satu platform. Kini, dokter bisa melihat riwayat lengkap Pak Budi dengan sekali klik—mulai dari kadar gula darah, riwayat obat, hingga frekuensi kunjungan.
Tak lama setelah sistem ini berjalan, Pak Budi menerima pesan singkat: “Yth. Bapak Budi, jangan lupa kontrol besok. Juga, Anda diundang ke Kelas Edukasi Diabetes hari Jumat pukul 09.00. Dokter akan menjelaskan cara mengatur pola makan yang benar.” Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, ia merasa diperhatikan.
Pendampingan yang Akhirnya Membuahkan Hasil
Di kelas edukasi, Pak Budi akhirnya mengerti kesalahannya. Ternyata, mengurangi nasi saja tidak cukup—ia harus memahami indeks glikemik makanan dan cara mengatur porsi. Petugas kesehatan juga mengajarinya memantau gula darah mandiri dan mengenali tanda-tanda hipoglikemia.
Yang paling membantunya adalah fitur reminder dari klinik. Kini, ia tak pernah lagi lupa minum obat atau jadwal kontrol. Bahkan, jika kadar gulanya terlalu tinggi, tim klinik akan segera menghubunginya untuk penanganan lebih lanjut.
Perubahan yang Nyata
Tiga bulan berselang, hasil lab Pak Budi menunjukkan perbaikan signifikan. Kadar gula darahnya yang dulu selalu di atas 300 mg/dL kini stabil di kisaran 150-180 mg/dL. Ia lebih bersemangat menjalani hari karena memahami cara mengendalikan penyakitnya.
Tak hanya Pak Budi, Klinik Sehat Bersama juga menuai manfaat. Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT) mereka melonjak 50% dalam enam bulan. Pasien-pasien yang dulu sering masuk rumah sakit karena komplikasi kini bisa hidup lebih berkualitas.
Refleksi: Kesehatan yang Lebih Manusiawi
Kisah Pak Budi dan Klinik Sehat Bersama mengajarkan satu hal: mengelola penyakit kronis bukan sekadar tentang obat dan resep, melainkan juga pendampingan dan sistem yang efektif. Teknologi hadir bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan mempermudah tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang lebih baik.
Kini, setiap kali Pak Budi melangkah ke klinik, ia tak lagi dibayangi kebingungan. Ia tahu, ada tim yang siap membantunya—dan yang terpenting, ia akhirnya menguasai kendali atas hidupnya sendiri.
*) Nama pasien dan nama klinik fiksi belaka
Beralih ke Medeva Sekarang!
Sudah siap membawa klinik Anda ke era digital? Dengan Rekam Medis Elektronik (RME) dari Medeva, Anda dapat mengelola data pasien dengan lebih cepat, aman, dan efisien. Hilangkan risiko kesalahan pencatatan, tingkatkan kualitas perawatan, dan optimalkan operasional klinik Anda. Coba demo gratis selama 14 hari sekarang juga dan rasakan langsung manfaatnya! Klik di sini untuk memulai transformasi digital klinik Anda sekarang!