Industri klinik merupakan salah satu sektor yang terus berkembang dengan pesat. Permintaan akan layanan kesehatan yang berkualitas semakin tinggi, sehingga banyak klinik yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, dalam persaingan yang semakin ketat, klinik perlu memiliki model bisnis yang tepat untuk dapat berkembang dan bertahan dalam industri yang dinamis ini. Dalam artikel ini akan dibahas pentingnya model bisnis bagi pengembangan usaha klinis, konsep Business Model Canvas (BMC), serta reorientasi model bisnis klinik yang resilien terhadap turbulensi dan disrupsi.
Model bisnis yang tepat sangat penting bagi pengembangan usaha klinik. Model bisnis yang baik akan membantu klinik dalam mengoptimalkan sumber daya, merencanakan strategi pemasaran yang efektif, meningkatkan efisiensi operasional, serta meningkatkan kepuasan pasien. Dengan memiliki model bisnis yang tepat, klinik dapat memperoleh keunggulan dan memenangkan persaingan bisnis di bidang pelayanan kesehatan.
Penerapan model bisnis yang tepat pada klinik memiliki dampak positif yang signifikan dan membuat klinik dapat bertahan. Dengan adanya model bisnis yang terstruktur, klinik dapat meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan produktivitas, serta memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada. Hal ini akan membantu klinik dalam meningkatkan reputasi, meningkatkan loyalitas pasien, dan pada akhirnya meningkatkan profitabilitas.
Elemen Konsep Business Model Canvas (BMC)
Salah satu rekomendasi model bisnis untuk klinik adalah dengan menerapkan Business Model Canvas (BMC) yang mana adalah sebuah konsep bisnis yang dapat membantu melihat bentuk usaha yang sedang dijalani dan menciptakan konsep sederhana dengan mengintegrasikan elemen-elemen dalam perencanaan bisnis. BMC terdiri dari sembilan elemen utama yang mencakup segmen pasar, proposisi nilai, saluran distribusi, hubungan dengan pelanggan, sumber daya kunci, aktivitas kunci, mitra kunci, struktur biaya, dan sumber pendapatan. Dengan menggunakan BMC, klinik dapat memvisualisasikan dan memahami secara komprehensif keterkaitan dari elemen-elemen bisnis tersebut.
Elemen-elemen BMC meliputi:
- Segmen Pasar: Identifikasi kelompok target pasien yang akan dilayani oleh klinik
- Proposisi Nilai: Nilai yang ditawarkan klinik kepada pasien, seperti layanan kesehatan yang profesional, fasilitas dasar terpadu, atau harga yang kompetitif
- Saluran Distribusi: Cara klinik menyampaikan layanan untuk menjangkau pasien dan juga sebagai bentuk marketing, misalnya melalui media sosial, pesan whatsapp, dan layanan konsultasi online
- Hubungan dengan Pelanggan: Membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan pasien, seperti melalui program loyalitas, penyuluhan, dan promosi kesehatan
- Sumber Daya Utama: Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan oleh klinik, seperti fasilitas, peralatan medis, atau keahlian dari tenaga medis yang profesional
- Aktivitas Utama: Menentukan aktivitas utama yang dilakukan oleh klinik, misalnya diagnosis, pengobatan, dan pengelolaan jasa layanan kesehatan.
- Memiliki Mitra: Kerjasama dengan pihak eksternal yang dapat mendukung operasional klinik, seperti laboratorium diagnostik atau asuransi kesehatan
- Struktur Biaya: Mengidentifikasi dan mengelola biaya yang terkait dengan operasional klinik, seperti gaji karyawan, biaya operasional klinik, bangunan klinik, dan biaya promosi
- Sumber Pendapatan: Menentukan sumber pendapatan klinik, seperti pembayaran langsung dari pasien, asuransi kesehatan, atau kerjasama dengan lembaga medis lainnya
Implementasi BMC pada strategi bisnis klinik dapat dilakukan dengan menganalisis setiap elemen BMC secara menyeluruh. Klinik dapat mengidentifikasi segmen pasar yang potensial, mengembangkan proposisi nilai yang unik, menentukan saluran distribusi yang efektif untuk menjangkau pasien, membangun hubungan yang baik dengan pasien, mengelola sumber daya dengan efisien, melaksanakan aktivitas utama dengan baik, menjalin mitra untuk kerja sama yang strategis, mengelola biaya dengan hati-hati, dan memaksimalkan sumber pendapatan. Implementasi BMC akan membantu klinik untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengembangkan strategi bisnis.
Inovasi Model Bisnis Klinik untuk Mempertahankan Daya Saing
Industri klinik saat ini menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang signifikan. Perkembangan teknologi, persaingan yang ketat, perubahan regulasi, serta kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat menjadi faktor yang memengaruhi kinerja dan pertumbuhan klinik. Oleh karena itu, reorientasi dan inovasi model bisnis klinik menjadi suatu keharusan untuk dapat bertahan dan berkembang dalam lingkungan yang berubah ini.
Inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan klinik diantaranya:
- Inovasi peralatan kesehatan dengan menyediakan layanan USG, unit layanan gigi, dan laboratorium
- Mengadakan pelayanan jasa baru seperti poli spesialis, pelayanan malam hari, rawat inap, atau klinik lansia
- Inovasi pelayanan klinik berupa pembayaran satu pintu, adanya petugas yang berkeliling di lingkungan klinik, atau hotline service
- Pengembangan layanan telemedicine untuk memberikan konsultasi jarak jauh kepada pasien
- Pendekatan pemasaran yang terfokus pada pasien melalui strategi digital marketing dan program loyalitas
- Diversifikasi sumber pendapatan dengan menyediakan produk atau layanan tambahan yang relevan, seperti produk kesehatan atau suplemen
Penerapan model bisnis yang tepat sangat penting bagi pengembangan usaha klinik. Business Model Canvas (BMC) merupakan alat yang berguna dalam merancang dan menganalisis model bisnis klinik. Untuk menghadapi tantangan bisnis klinik, perlu adanya inovasi dalam model bisnis klinik diperlukan untuk mengidentifikasi peluang baru dan mengembangkan strategi bisnis yang adaptif agar tercipta nilai tambah bagi pasien dan mempertahankan daya saing di pasar yang dinamis. Dengan mengadopsi strategi yang adaptif, mengikuti perkembangan teknologi, serta mampu mengidentifikasi dan mengambil peluang yang ada, klinik dapat mencapai keberhasilan jangka panjang.
Referensi
- Adnan, M. (2019). Inovasi Pelayanan Kesehatan Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Klinik Baitussyifa Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Jurnal Sangkareang Mataram, 5(3), 46-53.
- Amit, R., & Zott, C. (2012). Creating Value Through Business Model Innovation. MIT Sloan Management Review, 53(3), 41-49. Retrieved from https://sloanreview.mit.edu/article/creating-value-through-business-model-innovation/
- Anggraeny, C. (2013). Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Puskesmas Jagir Kota Surabaya. Jurnal Kebijakan Publik dan Manajemen Publik, 1(1), 85-93.
- Chesbrough, H., & Rosenbloom, R. S. (2002). The Role of the Business Model in Capturing Value from Innovation: Evidence from Xerox Corporation’s Technology Spin-Off Companies. Industrial and Corporate Change, 11(3), 529-555.
- Iansiti, M., & Lakhani, K. R. (2014). Digital Ubiquity: How Connections, Sensors, and Data Are Revolutionizing Business. Harvard Business Review, 92(11), 90-99. Retrieved from https://hbr.org/2014/11/digital-ubiquity-how-connections-sensors-and-data-are-revolutionizing-business
- Lee, B., & Kim, N. (2017). How Do Business Model Adaptations Influence Hospital Performance? The Role of Capabilities and Systems. Health Care Management Review, 42(1), 29-39.
- Nurhakim, A. R, Suparno, O., & Nurrochmat, D. R. (2018). Pengembangan Model Bisnis dan Strategi Pelayanan Kesehatan XYZ. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis. http://dx.doi.org/10.17358/jabm.4.2.251
- Osterwalder, A., Pigneur, Y., Bernarda, G., & Smith, A. (2014). Value Proposition Design: How to Create Products and Services Customers Want. Wiley.
- Runggandini, S. A., & Salim, N. A. (2023). Design and Recommendations for Business Model Canvas on Clinical Establishment Planning at Singaperbangsa University Karawang. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 404-412.